Setiap kali kita bernapas, udara yang tersusun atas campuran triliunan molekul gas mengalir ke dalam hidung kita. Di dalam campuran udara ini, terkandung pula molekul-molekul bau yang teramat kecil. Sebagian udara yang memasuki hidung kita dialirkan menuju sel-sel syaraf penerima bau oleh tulang hidung. Dengan cara inilah molekul-molekul bau mencapai sel-sel syaraf penerima bau pada bagian atas hidung. Sel-sel syaraf penerima di bagian ini lalu mengirimkan pesan yang mereka terima dari molekul bau ke otak. Pusat penciuman di otak selanjutnya mengumpulkan pesan-pesan dari beragam sel syaraf penerima dan memeriksa serta menafsirkannya secepat kilat. Inilah yang kemudian memunculkan apa yang kita rasakan sebagai “bau.” Singkatnya, hidung bekerja bagaikan laboratorium analisa kimia. Hidung teramat peka sehingga mampu mengenali hingga 10.000 bau yang berbeda. Yang sungguh menarik adalah kecepatan menakjubkan dari semua proses ini. Antara saat molekul kopi memasuki hidung kita hingga kita mengenali baunya hanya memerlukan waktu kurang dari sedetik
Ketika mendengar kata “hidung”, secara alamiah kita akan berpikir tentang indera penciuman. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya hanya 5% dari hidung kita yang digunakan untuk mencium bau. Sisanya 95% melakukan dua tugas penting dari sistem pernapasan. Tugas pertama adalah menghangatkan dan melembabkan udara yang kita hirup setiap detik. Lapisan lendir yang menutupi bagian dalam hidung melembabkan udara dengan melepaskan uap air. Pembuluh kapiler yang terletak persis di bawah lapisan lendir ini membantu menghangatkan udara yang melalui saluran ini. Dengan cara ini, udara menjadi sesuai untuk paru-paru kita yang peka. Perangkat ini bekerja bagaikan alat pengatur udara sangat canggih yang mengatur suhu dan kelembaban udara.
No comments:
Post a Comment